AMLAPURA- Jembatan penghubung antara Kota Amlapura dengan Seraya Timur sungguh sangat memprihatinkan setelah kejadian banjir yang dialiri air kali Tukan Yeh Manges lebih kurang tiga tahun yang lalu sampai sekarang belum terjemah perbaikan sesuai dengan pembangunan semestinya. Senin (06/03/2023) sore waktu setempat.
Jalan, jembatan adalah suatu penghubung transportasi masyarakat dari satu tempat keempat lainnya.
Dengan terbengkalainya pembuatan/perbaikan yang di akibatnya bencana alam akan memutuskan akses lalu lintas masyarakat setempat.
Namun demikian walau jembatannya tak putus dan masih bisa dilalui dan atau dilewati baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, dan juga kendaraan roda enam. Tapi tingkat keamanan melewati jembatan tersebut sangatlah riskan.
Mengapa demikian ?
Karena penyangga jembatan hanya satu saja disebelahnya dan yang satunya tak ada batas penyangga atau lening (pagar jembatan). Ini akan sangar berbahaya sekali bagi pengendara dari arah Karangasem menuju ke Seraya Timur dengan medan jalannya pas pula ada pangkalan atau belokan menurun.
Jika sipengemudi tak awas dalam mengendarainya akibatnya fatal alias bisa terjun ke tukad (kali/sungai), dengan kata lain nyemplung ikut mandi, yang seharusnya tak akan terjadi bila jembatan tersebut bangun dengan bestek sebenarnya.
Awak media ini kebetulan melintas di jalur tersebut dan dengan kondisi jembatan sangat memprihatinkan sekali. Untuk daerah aliran sungai (DAS) tidak sepadan degan debit air yang hanya ada bolongan satu cincin gorong-gorong saja yang berdiameter lebih kurang 70 cm untuk aliran air sungai dari hulu, bilamana ada kiriman air disaat musim penghujan akan berfikir, karena debit air yang sangat banyak tak mungkin bisa terdiri dengan sempurna.
Dari bangunan fisik jembatan tersebut tak samasekali berbentuk jembatan dan tak juga memenuhi syarat, persisnya memenuhi untuk bangunan air lainnya seperti bendungan dengan batu pasang.
Tim awak media ini berhasil mewawacarai salah satu warga masyarakat Desa Seraya Timur yang tak mau menyebutkan namanya.
Warga tersebut menyatakan bahwa waktu banjir beberapa bulan yang lalu disaat musim ekstrim dan hujanpun turun tak beraturan dgn akses tinggi hingga mengakibatkan banjir dan air sungai meluap keatas jembatan. Untuk melewatinya keseberang harus memakai tali. Nyaris saja hampir menelan korban jiwa, untung terselamatkan anak-anak siswa yang harus masuk sekolah pada hari tersebut harus belajar dibangku sekolahnya, ungkapnya.
Selanjutnya warga tersebut berharap kepada pemangku jabatan dipemerintahan untuk dapat memperhatikan hal yang seperti ini, bila tak dilaksanakan, bisa saja akan menelan korban jiwa. Apakah harus menunggu ada korban ? Kami sangat takut dan tak nyaman degan kondisi jembatan seperti ini, setiap anak-anak berangkat sekolah selalu sport jantung dan selalu was-was akan keselamatannya, tutup warga dalam harapannya.
Disamping itu saat awak media ini hubungi Kepala Dinas PUPR Kabupaten Karangasem melalui telpon seluler, Kadis PUPR mengatakan bahwa pembangunan jembatan tersebut adalah tanggung jawab Dinas PUPR Provinsi. Namun kami sebagai di daerah telah meninjau ke lokasi, dan atas peninjauan tersebut telah kami laporkan kepada Bapak Bupati sebagaimana atasan lansung. Dari laporan tersebut, bapak Bupati akan menangani dan berjanji diprogreskan kedalam RAPBD 2022, namun juga tak terealisasi karena anggaran, lalu di RAPBD 2023 juga belum direalisasi, beliau yakin di RAPBD tahun 2024 akan ada titik terang anggaran biaya pembangunan infrastruktur yaitu jembatan tersebut bisa dilaksanakan untuk keperluan dan kebutuhan transportasi masyarakat umum diutamakan terlebih dahulu dan itu adalah akses penting, kata Kadis PUPR Kabupaten Karangasem Wedasmara.
(JesPutra/AR)