Sepasang Naga Lembah Iblis ( 9 )



Setelah tiba di tempat yang penuh guha itu , Yang Cien terbelalak , terheran-heran dan terkagum-kagum . Pada guha pertama , melihat patung-patung batu yang terukir indah itu , dia mengeluarkan pujian .

“ Luar biasa sekali , betapa indahnya ukiran arca-arca ini . Sayang sebagian besar belum selesai , dan sudah di tinggalkan pemahatnya .
Sute , semua ini menunjukkan bahwa di tempat ini dahulu tinggal satu atau beberapa orang-orang pandai sekali .

Baru Akauw tahu bahwa arca-arca itu merupakan buatan orang yang pandai dan menganggumkan . Dahulu Aki sama sekali tidak mengangumi arca-arca itu .

Kini , melihat suhengnya meneliti patung itu satu demi satu , diapun ikut meneliti dan ikut terkagum .Baru sekarang dia melihat betapa arca itu dibuat bagus sekali , ada yang nampak urat-urat menontol di bawah permukaan kulit .

Ketika agak memasuki guha itu , terdengan Yang Cien berseru kagum . Akauw cepat menghampiri dan die melihat bahwa suhengnya telah menemukan sebuah arca yang tingginya hanya satu meter , akan tetapi arca itu luar biasa indahnya . Menggambarkan seorang wanita yang cantik jelita . Begitu bagus buatannya sehingga kalau dilihat dari tempat agak jauh arca itu seolah hidup dan tersenyum manis ! .

“ Bukan main ! Sute , selama hidupku belum pernah aku melihat arca seindah ini ! “ keduanya mengamati arca itu dengan kagum . Sampai lama Yang Cien melihat-lihat kumpulan arca dalam guha itu .
“ Mari , suheng ketempat yang kumaksudkan “ .
“ Ah , sampai lupa aku , sute . Arca-arca ini demikian menarik perhatianku . Kenapa baru sekarang kauberitahu , sute ? Kalau dulu kakek mengetahui dan dapat melihat arca-
37
arca ini , tentu kong-kong akan senang sekali dan barangkali saja kong-kong dapat menduga siapa pembuat arca-arca ini di sini “ .
“ aku selalu khawatir kalau kong-kong dan engkau akan menjadi sejahat Aki , suheng . Maafkan aku “ .
“ Sudahlah , mari kita pergi ke guha tempat emas itu “ .
Akauw lalu mengajak Yang Cien pergi ke guha lain , yang berada di tengah-tengah antara guha-guha yang banyak terdapat di situ . Akan tetapi baru saja tiba di pintu guha , dari dalam guha terdengar gerengan dahsyat dan muncullah seekor biruang hitam yang besar sekali .
“ Awas , sute !” kata Yang Cien .

“ Biar aku melawannya , suheng . Dia ini berbahaya akan tetapi aku tahu bagaimana harus melawannya . Biruang merupakan musuh utamaku sejak aku kecil “ .

Akauw menghampiri biruang itu , dan Yang Cien yang berada di pinggiran hanya menonton , akan tetapi siap siaga membantu kalau sutenya terancam bahaya . Akauw menghampiri dengan tenang dan diapun mengeluarkan gerengan kera marah .

Biruang itu tiba-tiba saja menerkam , akan tetapi Akauw menghindar dengan lebih cepat lagi sehingga terkaman itu luput . Dan sebelum biruang yang besar dan lamban itu dapat membalikkan tubuhnya , Akauw sudah merangkul lehernya dari belakang dan mencekik leher itu dengan kedua tangannya ,lengannya menyusup dibawah kaki depan biruang itu .

Dan terjadilah adu tenaga yang menegangkan . Biruang itu meronta , menggoyang tubuhnya , menggereng , akan tetapi tubuh Akauw tak pernah melepaskan , seperti seekor lintah melekat pada kaki seseorang . Biruang itu semakin marah dan juga ketakutan karena dia mulai sesak bernapas , lalu menjatuhkan diri bergulingan .
38
Yang Cien menjadi cemas melihat betapa tubuh biruang yang besar itu menggilas dan menindih tubuh Akauw , akan tetapi dia merasa lega melihat Akauw tidak apa-apa , dan ternyata memang tubuh sutenya itu kuat bukan main . Akhirnya , biruang itu menjadi semakin lemah dan lidahnya terjulur keluar , keempat kakinya hanya dapat bergerak-gerak lemah .
“ Sute , jangan bunuh dia !” kata Yang Cien dan mendengar ucapan suhengnya ini , Akauw lalu melepaskan jepitan kedua tangannya dari leher biruang itu , dan dia lupa diri , menginjak dada biruang itu dan mengeluarkan pekik kemenangan , pekik kera yang menggetarkan jantung . Lalu dia menendang biruang itu yang dapat bangkit lagi lalu biruang itu melarikan diri dengan terhuyung-huyung .
“ suheng , kenapa engkau melarang aku membunuhnya ?” .
“ Sute , untuk kepentingan apa engkau membunuhnya ?”

“ Kepentingan apa ? Tidak ada , karena dia menyerangku , maka sepatutnya aku membunuhnya “ .
“ nah , mulai sekarang , kebiasaan seperti itu haruslah kau buang jauh-jauh , sute . Ketahuilah , dalam kehidupan antara manusia , membunuh adalah perbuatan yang jahat sekali dan dilarang . Kalau tidak terpaksa sekali dan jangan engkau sekali-kali melakukan pembunuhan .

Juga terhadap binatang , boleh saja engkau membunuhnya kalau memang kau memerlukannya untuk dimakan . Misalnya membunuh kijang , kelinci , ayam dan lain-lain .

Akan tetapi kalau tidak memerlukannya , jangan membunuh apalagi membunuh manusia , kecuali dalam perang karena membunuh dalam perang tidaklah sama dengan membunuh seseorang dalam perkelahian dan urusan pribadi . membunuh itu hanya dilakukan orang yang kejam dan jahat , sute “ .
Akauw mengangguk-angguk . “ Aku mengerti , suheng .
39
Nah , mari kita memasuki guha , dan lihat itu , yang berkilauan itu , bukankah itu sama dengan yang berada di kantungmu tadi ?” .

Dan Yang Cien masuk , dan dia terbelalak kagum . Tak salah lagi , yang terdapat banyak di dinding itu adalah bongkahan batu-batu yang ternyata adalah emas murni bercampur batu karang .
Tak ternilai harganya . Dia mengambil beberapa potong dan menimbang-nimbang di telapak tangannya . Baru beberapa potong kecil ini saja sudah jauh lebih berharga dari pada milik gurunya yang ditemukan dalam kantung kecil itu .

Dia memandang sutenya , Akauw yang bajunya robek- robek karena perkelahian tadi sudah melepaskan baju atasnya dan kini nampak tubuhnya yang kekar , otot-otot melingkar di lengan dan dadanya , tubuhnya yang tinggi besar itu setengah kepala lebih tinggi dari tubuh Yang Cien yang sudah terhitung tinggi tegap . Yang Cien memandang kagum , lalu menghampiri dan menepuk pundak sutenya .

“ Sute , engkau sungguh seorang laki-laki jantan yang gagah perkasa , aku bangga mempunyai seorang adik seperti engkau !” .

“ aih , suheng , kenapa mendadak memujiku . Engkau lebih hebat , aku tahu bahwa aku tidak akan berdaya , aku tahu bahwa aku tidak akan berdaya kalau bertanding melawanmu “ .
Mereka saling pandang dengan kagum . Yang Cien kini menjadi seorang pemuda dewasa berusia dua puluh tahun yang tinggi tegap , wajahnya berbentuk persegi dengan dagu yang membayangkan kekuatan dan keteguhan hati , namun sinar matanya yang tajam itu lembut tanda bahwa dia berakal budi dan bijaksana . Hidungnya yang mancung dan mulutnya yang berbentu indah itu membuat wajahnya kelihatan tampan menarik sekali . Sedangkan Kauw Cu memiliki wajah yang
40
bulat terlur , akan tetapi matanya yang lebar , sampai hidungnya yang besar dan bibirnya yang tebal memberi kesan kokoh , kuat , jujur , adil dan kaku .
Namun sinar matanya juga mengandung kelembutan , ini sebagai hasil pendidikan selama lima tahun oleh mendiang kakek Yang Kok It . Dia jauh nampak lebih jantan dari pada Yang Cien dan sukar mengatakan mana yang lebih menarik sebagai seorang pemuda di antara keduanya .

“ Bagaimana, suheng ? Benarkah semua ini emas ?”

“ Tidak salah , sute . memang ini adalah emas yang tidak ternilai harganya “ .
“ Apakah engkau tidak girang melihatnya , suheng ? Dahulu , Aki demikian girang sampai dia menari-nari dan berteriak- teriak bahwa dia menjadi kaya raya “ .

Yang Cien dengan tenang berkata sambil tersenyum . “ Adikku , emas merupakan harta benda yang dapat bermanfaat besar sekali kalau terjatuh ke tangan orang bijaksana . Dapat menolong rakyat keluar dari bahaya kelaparan , dapat memperkuat Negara , pendeknya dapat mengangkat rakyat keluat dari penderitaan .

Akan tetapi kalau terjatuh ke tangan orang jahat , harta kekayaan dapat mendatangkan bencana kepada orang lain . Tentu aku girang menemukan semua ini , sute . Akan tetapi sat ini aku sama sekali tidakmembutuhkan .

Entah kelak kalau cita-citaku berhasil , yaitu menyatukan seluruh negeri menjadi persatuan yang kokoh untuk mengusir bangsa-bangsa liar yang mengganggu keamanan rakyat . Mari , sute , kita periksa guha-guha yang lain , apakah engkau pernah memeriksa guha yang lain ?” .

“ Sudah semua , suheng . Guha-guha yang lain semuanya kosong kecuali sebuah guha terbesar dimana kudapatkan hanya sebuah arca di dalam guha , tidak ada apa-apanya lagi “ .
“ Mari kita periksa guha besar itu “ , ajak Yang Cien dan
41
mereka lalu menuju ke guha itu .
Ketika menuju ke guha itu , Yang Cien terkejut . Nampak dari jauh , guha itu seperti wajah seorang raksasa . Guha itu menjadi mulutnya yang terbuka , dengan taring-taring berupa batu-batu yang bergantung runcing , dan di atas guha itu merupakan tebing yang terhias batu-batu besar yang menjadi sebuah hidung dan sepasang matanya . Sungguh merupakan wajah yang mengerikan dan sepatutnya kalau itu wajah iblis .

Sekarang dia mengerti mengapa lembah itu dinamakan Lembah Iblis . Selain tempatnya amat berbahaya , banyak terdapat binatang buas dan tempat-tempat aneh , juga guha- guha ini memang menyeramkan sekali , terutama yang besar itu . “ Kenapa , suheng ?”
“ Kau lihat , sute . Bukankah itu seperti muka iblis yang menakutkan ?” kata Yang Cien sambil menunjuk

. “ Guha itu mulutnya dan penuh taring , batu besar di atasnya itu hidungnya dan yang sepasang mulut itu matanya “ .

“ Ihh , benar ! Kenapa dulu kau tidak memperhatikannya ? Barangkali itu yang pantas di sebut Guha Iblis dan agaknya di jadikan tempat tinggal para iblis !” , kata Akauw yang tidak memperlihatkan rasa takut karena di kalangan kera tidak ada istilah tahyul takut setan dan pengertiannya tentang setan sedikit sekali dari penuturan mendiang kakek Yang Kok It dan Yang Cien .
“ Mari kita selidiki , sute “ .

Keduanya lalu berloncatan menuju ke guha itu . Dan benar saja seperti yang dikatakan Kauw Cu , guha besar itu kosong , hanya di dalam ruangan itu terdapat sebuah arca besar , sebesar manusia , arca seorang kakek tua yang sedang duduk bertopang dagu . Yang Cien memperhatikan arca itu . Jelas bahwa ukirannya serupa dengan arca-arca di guha pertama . Kenapa arca tunggal ini berada di sini ? Tentu ada maksudnya
42
, pikirnya . Ada sesuatu yang ganjil . Muka patung itu bukan menghadap ke kiri , akan tetapi seperti kepala yang di putar ke kiri , juga jari tangan kiri yang menopang dagu itu telunjuknya menunjuk ke kiri .
Yang Cien lalu pergi ke bagian dinding kiri guha itu , meraba-raba , akan tetapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan . Apa artinya kepala dan jari yang terputar ke kiri itu ? .
“ Engkau mencari apa , suheng ?” .
“ Mencari barangkali ada rahasia tersembunyi di guha ini , sute . Tempat ini sungguh menarik sekali “ .
Dia memperhatikan lantai . Lantai dari batu itu terdapat jejak kaki manusia . Bukan main ! Manusia macam apa yang dapat membuat jejak kaki pada lantai batu ? Dan jejak kaki itu miring ke sana sini , dan ketika Yang Cien mengikuti jejak kaki itu menginjak dan melangkah dengan kakinya , maka terbentuklah langkah-langkah seperti orang bersilat !

lanjut bagian ( 10 )

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama