"Kematian Sang Pendekar" (2)


WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Episode :
"Kematian Sang Pendekar"  (2)

 “Kejam sekali…!” desis Ratu Randang kala melihat Nasib Para Jin Putih Muka Licin yang diperlakukan lebih buruk dari pada binatang tersebut.
---------------

Sementara itu Wiro edarkan pandangannya menggunakan Ilmu menembus pandang yang diberikan oleh Ratu Duyung kepadanya kearah kabut dimana orang­orang yang menunggangi tubuh Ratusan Jin putih muka licin berada. Sang Pendekar terkejut besar kala di antara orang­orang yang mengendarai Jin putih dilihatnya seorang nenek dengan dandanan coreng moreng dengan tiga benjolan besar dikening tampak duduk memegang kekang kendali dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terlihat memegang Senjata kapak Maut Naga geni miliknya!

“Eyang Sinto…!” tanpa sadar Sang Pendekar berteriak keras. Kunti ambiri yang berada di dekat wiro menatap kearah dimana sang pendekar memandang. “gurumu tampaknya masih dalam pengaruh ilmu Delapan Jalur Arwah Pencuci Otak milik Sinuhun Merah Penghisap Arwah… lihatlah masih ada tiga benjolan di kening gurumu!” tunjuk Kunti Ambiri yang dibalas dengan anggukan oleh Wiro. “aku harus mendekatinya dan menggunakan ilmu menahan darah memindah jasad untuk melepaskan dan menghilangkan benjolan di keningnya…”ucap sang pendekar yang keburu dipotong oleh Ratu Randang “tapi bukankah hal itu tidak gampang! tidak mustahil sebelum kau mendekatinya kau yang lebih dahulu di bunuhnya Wiro! ingat peristiwa di bukit batu hangus tempo hari? dia nyaris saja membunuhmu dengan sepasang sinar yang keluar dari matanya!” ucap Sang nenek sembari delikkan matanya yang juling bagus. ( untuk lebih jelasnya mengenai peristiwa ini silahkan baca episode : Sepasang Arwah Bisu ) Sang Pendekar hendak memberi sanggahan namun tiba­tiba dari Lubang dimana melesat makhluk­makhluk berjubah putih melesat satu makhluk tinggi besar yang langsung berdiri dihadapan Wiro dan kawan­kawan! makhluk inimemakai sebuah jubah hitam terbuat dari ijuk, sepasang telinganya terlihat runcing berdiri melewati kepalanya sementara keningnya pun terlihat diikat oleh tali terbuat dari ijuk. “Sangkala Darupadha…!” seru Wiro kala mengenali makhluk yang berdiri dihadapannya.

sementara itu Makhluk yang dikenal sebagai Raja Jin hutan Roban tampak memandang sayu kearah Sang Pendekar. matanya yang sebelumnya sudah disembuhkan oleh Wiro kini tampak bergundal­gandil kembali, keadaan Makhluk jin satu ini juga tampak mengenaskan. tubuhnya terlihat babak­belur dipenuhi noda darah namun yang membedakan dengan anak buahnya adalah tidak nampak tali kekang maupun kait baja terlihat terkait pada tubuhnya.

“Sangkala Darupadha… apa yang terjadi pada dirimu…? Siapa pula mereka yang memperlakukan anakbuahmu sekejam itu..?” tanya Ratu Randang dengan suara keras. Sebagai jawaban tiba­tiba terdengar satu tawa yang membahana. Kemudian dari bahu lebar Sangkala Darupadha atau Raja Jin Hutan Roban perlahan mencuat satu kepala tengkorak bertanduk berwarna Hitam. kepala tengkorak berwarna hitam terus bergerak naik keluar memperlihatkan tulang­belulangnyayang berwarna hitam dari dari bahu Sang Raja Jin Hutan Roban hingga sebatas tulang Belikat.

Sungguh amat mencengangkan! dari dalam tubuh besar Raja Jin Hutan Roban bisa keluar makhluk hitam berbentuk tengkorak bertanduk, namun yang lebih mengherankan lagi adalah bagaimana kulit daging dari Sang Raja Jin tak nampak sedikitpun terluka maupun mengeluarkan darah! “Ha.ha.ha. Wahai Ksatria Panggilan akhirnya kita bisa juga berjumpa…! Sungguh benar­benar pertemuan yang menggembirakan…!” ucap makhluk di bahu Sangkala Darupadha.

Wiro pandangi sosok yang berbicara padanya dengan seksama. “Aku tidak mengenalmu…! tapi mengapa kau perlakukan Sangkala Darupadha dan anak buahnya seperti ini…? Sesungguhnya apa keinginanmu…?” ucap Sang Pendekar dengan kening berkerut.Makhluk tengkorak hitam nampak tertawa keras kala mendengar pertanyaan Wiro. “kau memang tidak mengenal ku… tapi aku sangat mengenalmu… bahkan sangat mengagumimu… terutama tubuhmu…” ucap Makhluk yang tidak lain Lakarontang Sang Jenazah Simpanan sembari menatap Tubuh Wiro dengan seksama dari atas sampai ke bawah. “Hemm… Pemuda ini benar­benar memiliki Jasad tubuh sempurna yang kuidam­idamkan… aku harus bisa mendapatkan Tubuhnya…!” batin Lakarontang dalam hati.

“Mengenai Sangkala Darupadha dan anak buahnya… kau tak perlu memikirkannya karena akulah penguasa seluruh isi Perut Bumi termasuk para Jin dan Setan di dalamnya! sesukakulah bagaimana caranya memperlakukan mereka…!”ucap Lakarontang sembari mempermainkan sebuah bola Mata Raja Jin Hutan Roban yang bergundal­gandil. Raja Jin Hutan Roban yang matanya dipermainkanhanya bisa mengeluarkan suara merintih kesakitan. hal ini tentu saja membuat Hati Wiro geram. sementara itu Ratu randang yang berada didekatnya memegang Wirodan berbisik pelan.

“Aku punya firasat… jangan­jangan makhluk satu ini adalah biang racun dari segala kekacauan yang terjadi selama ini…” sementara wiro menganggukan kepalanya mendengar bisikan RatuRandang. “aku juga berpikir begitu, aku sudah mencoba melihat melalui ilmu menembus pandang namun anehnya aku tidak melihat Sinuhun Merah maupun Dirga Purana di barisan orang­orang di belakang makhluk di pundak Sangkala Darupadha itu…” ujar Sang Pendekar membalas bisikan Ratu Randang.

 Tiba­tiba Makhluk di pundak Raja Jin Hutan Roban perdengarkan suara keras lalu dibarengi suara dengusan. “Kalian berdua tidak perlu berbisik­bisik dihadapanku! akupun tidak akan menyangkal apa yang sudah ku perbuat! Memang akulah orang yang berada dibalik segala kekacauan yang terjadi di Bhumi Mataram… semua kekacauan yang ditimbulkan dua Sinuhun, Delapan sukma Merah Maupun Dirga Purana termasuk peristiwa Malam Jahanam di Mataram merupakan hasil dan buah pikiranku! Dan bukan saja di Bhumi Mataram… semua kekacauan yang terjadi jauh sebelumnya juga merupakan hasil perbuatanku!

Ha.ha.ha. apakah ada yang kurang jelas bagimu Wahai Ksatria Panggilan? atau harus kupanggil kau dengan sebutan Wiro Kencing Kuda…?”UcapMakhluk terngkorak Membuat Sang Pendekar terperangah! Bagaimana tidak! Sableng dalam Bahasa di Latanahsilam berarti Kencing Kuda! Jika makhluk satu ini mengetahui perihal arti Nama Wiro di Latanahsilam maka jelas sudah bahwa Makhluk ini sudah ada sejak Jaman Latanahsilam! Gila Betul! Pikirsang pendekar dalam hati. “Kau tak perlu heran wahai ksatria Panggilan…! Aku mengetahui segalanya tentang dirimu… tentanggurumu… termasuk perjalananmu dan seluruh perbuatanmu di Latanahsilam…!”Lanjut Lakarontang “apa maksudmu…! Siapa kau sebenarnya…? aku tidak merasa pernah berbuat jahat padamu baikdi sini maupun di Negeri Latanahsilam, jadi aku harap kau segera melepaskan guruku karenakalau tidak…” teriakan Wiro terputus oleh kekehan tawa Lakarontang. “Kalau tidak kenapa…? apa kau pikir kau sanggup mengalahkan aku… dengarkan baik­baik Wahai Kstaria Panggilan! Tidak ada seorangpun di bumi ini yang mampu menandingiku! akulah orang yang membumi hanguskan keempat Negeri besar termasuk Negeri Latanah Silam! Aku juga orang yangpernah naik ke langit dan membakar habis Negeri Para Peri! Aku adalah Yang Mulia Junjungan tertinggi Jenazah Simpanan! Akulah Dewa di bumi yang sesungguhnya!”ucap Lakarontang keras. “Buntalan kentut Anjing…!

Aku tidak percaya ucapanmu…! Aku minta untuk terakhir kali cepat lepaskan guruku dan Lakasipo!” bentak Wiro mulai kehilangan kesabarannya. Mendengar makian Wiro, bukannya marah makhluk tengkorak ini malah semakin tergelak­gelak. “Ha.ha.ha. lucu sekali…! masih ingat rupanya kau pada saudara angkatmu itu…? Kupikir setelah meninggalkan Latanahsilam kau tidak lagi pernah memikirkan orang­orang yang kau tinggalkan…bukankah di tanah jawa di masa depan kau memiliki banyak teman dan memiliki banyak gadis­gadis cantik…?” wajah Wiro terlihat menggelap.

“keparat…! apa maksud perkataanmu…?” Sang Pendekar mulai tak bisa mengendalikan diri. sementara itu Makhluk yang dikenal sebagai Jenazah Simpanan ini tak henti­hentinya memanaskan hati Sang Pendekar. “he.he.he… aku hanya ingin memberikan sedikit gambaran padamu mengenai kondisi Latanahsilam selepas kau dan kedua temanmu itu tinggalkan…” ucap Lakarontang sembari berkacak pinggang.

 “Tidak ada hal yang lebih menyenangkan bagiku selain membunuhi seluruh kawan­kawanmu dan menyimpan seluruh jasad mereka… Lakasipo… Luhsantini… dan Luhcinta… Amboi…! mengingat kembali Luhcinta membuat tubuhku yang sudah tak mempunyai darah ini kembali terasa panas…!” ucap Lakarontang sembari mempermainkan telunjuknya yang berbentuk tulang dalam genggaman tangannya! sesungguhnya Wiro tidak benar­benar mempercayai apa yang diucapkan makhluk tengkorak didepannya namun mengingat kemuculan Lakasipo danHantu Bara Kaliatus di Bhumi Mataram membuat Sang Pendekar mulai ragu­ragu dan perlahan mulaimempercayai ucapan Jenazah Simpanan dan kala Makhluk tengkorak tersebut menyebut nama Luhcinta maka Kemarahan Sang Pendekar pun langsung meledak tak terbendung!

***

Sembari mengepalkan tangannya yang mulai berwarna keperakan hingga ke siku Sang Pendekar langsung menerjang kearah makhluk di pundak Sangkala Darupadha. “Jahanam…! apa yang kau perbuat pada Luh Cinta…?” teriak Sang pendekar sembari melepaskan pukulan Matahari kearah Jerangkong hitam yang seolah­olahtumbuh di Pudak Raja Jin Hutan Roban namun belum lagi Pukulan Sinar Matahari yang dilepasnya melabrak sosok Jenazah Simpanan,

Makhluk ini terlihat bersuit keras kearah kumpulan ratusan orang yang mengendarai Jin Putih Muka Rata. “Bunuh mereka semua dan jangan biarkan satu orangpun lolos…!” teriak Jenazah Simpanan yang langsung disambut suara gemuruh laskar Para Roh yang dijadikan budak oleh Lakarontang dan jenazahnya di simpan sebagai koleksi di dasar kawah gunung salak.


bersambung Bagian 3

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama