"Kematian Sang Pendekar" (1)

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Episode :
"Kematian Sang Pendekar"  (1)



Getaran keras dibarengi tiupan angin laksana topan tiba­tiba menderu di pelataran Keraton Mataram. “Wahai kalian orang­orang Raja mataram dan Kau Ksatria Panggilan, bersiaplah untuk Mampus!”bentak satu suara berat memecah keheningan malam. Wiro yang saat itu masih terhenyak karena kepergian arwah Sakuntaladewi dan Ni gatri, tiba­tiba tersadar kala Kunti Ambiri menarik tubuhnya keras. “tidak ada waktu untuk bersedih lagi! keselamatan Raja Mataram dan para penghuni keraton kini terancam! apa yang harus kita perbuat…?

” Wiro tampak berpikir keras “Kita harus membawa pergi Raja dan keluarganya keluar dari keraton terlebih dahulu, ada baiknya jika kau dan Ratu Randang membawa Raja dan keluarganya kembali ke Sumur Api melalui pintu belakang keraton…” ucap Sang Pendekar yang tiba­tiba terputus oleh ucapan Sri Maharaja Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

“aku dan keluarga sudah lelah harus hidup dan terus berlari di pengasingan aku sebagai Raja tidak ingin berlari lagi dan terus bersembunyi sementara rakyat dan orang­orang ku harus hidup menderita…!”

kakek Kumara Gandamayana yang berdiri di sebelah Sang Raja mengerutkan keningnya mendengar perkataan Sang Raja. “maaf Yang Mulia, namun apa yang dikatakan oleh Ksatria Panggilan ada benarnya… Keselamatan Yang Mulia dan Keluarga Yang Mulia harus diutamakan terlebih dahulu…!”ucap sang Kakek cemas. namun Sang Maha Raja nampak hanya menggelengkan kepalanya.

Kumara Gandamayana kembali hendak mengeluarkan perkataan namun terhenti kala terjadi satu letusan besar yang membuat tanah didepan keraton berhamburan! kemudian dari tanah yang terbongkar terlihat gulungan asap kelabu mengebul dibarengi lesatan ratusan bayangan putih yang mengeluarkan suara jeritan keras! gulungan asap kelabu yang keluar dari dalam lubang perlahan membentuk satu kabut pekat yang cukup menghalangi jarak pandang, sementara semakin lama bayangan putih yang terus mengeluarkan suara­suara nyaring tersebut semakin banyak melesat keluar dari lubang di tanah dan memenuhi alun­alun depan pelataran keraton.

Makhluk berjubah putih ini memiliki wajah yang polos tanpa hidung, mata danmulut! “Jin Putih Muka Licin anak buah Raja Jin Hutan Roban!” seru Ratu Randang kala mengenali ratusan sosok putih yang masih samar­samar tampak mengambang sejengkal diatas tanah ini. “tapi bukankah Raja Jin Hutan Roban bersahabat dengan kerajaan..? dan bukankah belum lama ini mereka sudah membantu memperbaiki istana keraton?


sekarang mengapa mereka kembali dan menunjukkan sikap tidak bersahabat…?” Sambung Kunti Ambiri. ( perihal Jin Putih Muka Ratadan Raja Jin Hutan Roban, Harap baca episode: Dewi Dua Musim ) “perhatikan baik­baik…! ada keanehan pada diri mereka… Lihat! ada orang yang menempel di punggung mereka…! Astaga…! anak buah Raja Jin Hutan Roban dijadikan tunggangan…!” seru Wiro dengan mata terbelalak. semua mata kemudian memandang lebih seksama lagi kedalam keremangan kabut dimana ratusan makhluk putih anak buah Raja jin hutan Roban berada.

Dan tampaklah benar seperti yang dikatakan olehSang Pendekar, samar­samar dibelakang punggung setiap makhluk jin berjubah putih ini berdiri satu orang yang memegang tali berbentuk kekang yang disambungkan pada sepasang kait baja hitam yang secara kejamnya dikaitkan di pipi kiri dan kanan tepat disamping tempat dimana seharusnya mulut makhluk­makhluk ini berada! hal inilah yang membuat makhluk­makhluk malang ini menjerit­jerit tak berkeputusan! “Kejam sekali…!” desis Ratu Randang kala melihat Nasib Para Jin Putih Muka Licin yang diperlakukan lebih buruk dari pada binatang tersebut.

bersambung Bagian (2)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama